Selasa, 20 Desember 2011

Kognitif dan Musik

Kognitif merupakan semua proses dan produk pikiran untuk mencapai pengetahuan yang berupa aktivitas mental seperti mengingat, mensimbolkan, mengkategorikan, memecahkan masalah, menciptakan dan berfantasi. Penelitian menunjukkan bahwa musik dapat memberikan rangsangan-rangsangan yang kaya untuk segala aspek perkembangan secara kognitif dan kecerdasan emosional (emotional intelligent). Roger Sperry (1992) dalam Siegel (1999) penemu teori Neuron mengatakan bahwa neuron baru akan menjadi sirkuit jika ada rangsangan musik sehingga neuron yang terpisah-pisah itu bertautan dan mengintegrasikan diri dalam sirkuit otak, sehinggaterjadi perpautan antara neuron otak kanan dan otak kiri itu. Mengacu pada perkembangan kognitif dari Piaget (1969) dalam teori belajar yang didasari oleh perkembangan motorik, maka salah satu yang penting yang perlu distimulasi adalah keterampilan bergerak. Melalui keterampilan motorik anak mengenal dunianya secara konkrit. Dengan bergerak ini juga meningkatkan kepekaan sensori, dan dengan kepekaan sensori ini juga meningkatkan perkiraan yang tepat terhadap ruang (spatial), arah dan waktu. Perkembangan dari struktur ini merupakan dasar dari berfungsinya efisiensi pada area lain. Kesadaran anak akan tempo dapat bertambah melalui aktivitas bergerak dan bermain yang menekankan sinkronis, ritme dan urutan dari pergerakan. Kemampuan-kemampuan visual, auditif dan sentuhan juga diperkuat melalui aktivitas gerak. Gallahue, (1998) mengatakan, kemampuan-kemampuan seperti ini makin dioptimalkan melalui stimulasi dengan memperdengarkan musik klasik. Rithme, melodi, dan harmoni dari musik klasik dapat merupakan stimulasi untuk meningkatkan kemampuan belajar anak. Melalui musik klasik anak mudah menangkap hubungan antara waktu, jarak dan urutan (rangkaian) yang merupakan keterampilan yang dibutuhkan untuk kecakapan dalam logika berpikir, matematika dan penyelesaian masalah. Hasil penelitian Herry Chunagi (1996) Siegel (1999), yang didasarkan atas teori neuron (sel kondiktor pada sistem saraf), menjelaskan bahwa neuron akan menjadi sirkuit jika ada rangsangan musik, rangsangan yang berupa gerakan, elusan, suara mengakibatkan neuron yang terpisah bertautan dan mengintegrasikan diri dalam sirkuit otak. Semakin banyak rangsangan musik diberikan akan semakin kompleks jalinan antarneuron itu. Itulah sebenarnya dasar adanya kemampuan matematika, logika, bahasa, musik, dan emosi pada anak. Selain itu juga, Gordon Shaw (1996) mengatakan kecakapan dalam bidang yakni matematika, logika, bahasa, musik dan emosi bisa dilatih sejak kanak-kanak melalui musik. Dengan melakukan penelitian membagi 2 kelompok yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen melalui pendidikan musik sehingga sirkuit pengatur kemampuan matematika menguat. Musik berhasil merangsang pola pikir dan menjadi jembatan bagi pemikiran-pemikiran yang lebih kompleks. Didukung pula oleh Martin Gardiner (1996) dalam Goleman (1995) dari hasil penelitiannya mengatakan seni dan musik dapat membuat para siswa lebih pintar, musik dapat membantu otak berfokus pada hal lain yang dipelajari. Jadi, ada hubungan logis antara musik dan matematika, karena keduanya menyangkut skala yang naik turun, yaitu ketukan dalam musik dan angka dalam matematika. Daryono Sutoyo, Guru Besar Biologi UNS Solo, melakukan penelitian (1981) tentang kontribusi musik yaitu menstimulasi otak, mengatakan bawha pendidikan kesenian penting diajarkan mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) agar peserta didik sejak dini memperoleh stimulasi yang seimbang antara belahan otak kiri dan belahan otak kanannya. Bila mereka mampu menggunakan fungsi kedua belahan otaknya secara seimbang, maka apabila mereka dewasa akan menjadi manusia yang berpikir logis dan intutif, sekaligus cerdas, kreatif, jujur, dan tajam perasaannya. Implementasi dari penelitian tersebut, pendidikan kesenian sewaktu di SD mempengaruhi keberhasilan studi pada pendidikan berikutnya yaitu di SMP, dan begitu juga dengan pendidikan kesenian di SMP kan mempengaruhi keberhasilan studi pada masa di SMA. Dan kesenian di SMA, mau tidak mau menjadii factor penentu dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia yang baik.
Readmore »»

Musik dan Kecerdasan Emosi

Sternberg dan Salovery (1997) mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali emosi diri, yang merupakan kemampuan seseorang dalam mengenali perasaannya sendiri sewaktu perasaan atau emosi itu muncul, dan ia mampu mengenali emosinya sendiri apabila ia memiliki kepekaan yang tinggi atas perasaan mereka yang sesungguhnya dan kemudian mengambil keputusan-keputusan secara mantap. Kemampuan mengelola emosi merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan perasaannya sendiri sehinggatidak meledak dan akhirnya dapat mempengaruhi perilakunya secara wajar. Misalnya seseorang yang sedang marah maka kemarahan itu tetap dapat dikendalikan secara baik tanpa harus menimbulkan akibat yang akhirnya disesali di kemudian hari. Kepekaan akan rasa indah timbul melalui pengalaman yang dapat diperoleh dari menghayati musik. Kepekaan adalah unsur yang penting guna mengerahkan kepribadian dan meningkatkan kualitas hidup. Seseorang memiliki kepekaan yang tinggi atas perasaan mereka maka ia akan dapat mengambil keputusan-keputusan secara mantap dan membentuk kepribadian yang tangguh. Kemampuan motivasi adalah kemampuan untuk memberikan semangat kepada diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat. Dalam hal ini terkandung adanya unsur harapan dan optimisme yang tinggi, sehingga memiliki kekuatan semangat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu, misalnya dalam hal belajar. Seperti apa yang kita cita-citakan dapat diraih dan mengisyaratkan adanya suatu perjalanan yang harus ditempuh dari suatu posisi di mana kita berada ke titik pencapaian kita dalam kurun waktu tertentu. Kemampuan membina hubungan bersosialisasi sama artinya dengan kemampuan mengelola emosi orang lain. Evelyn Pitcer dalam Kartini (1982) mengatakan musik membantu remaja untuk mengerti orang lain dan memberikan kesempatan dalam pergaulan sosial dan perkembangan terhadap emosional mereka. Remaja, merupakan pribadi sosial yang memerlukan relasi dan komunikasi dengan orang lain untuk memanusiakan dirinya. Remaja ingin dicintai, ingin diakui, dan dihargai. Berkeinginan pula untuk dihitung dan mendapatkan tempat dalam kelompoknya. Jelas bahwa individualitas dan sosialitas merupakan unsur-unsur yang komplementer, saling mengisi dan melengkapi dalam eksistensi remaja. Kecerdasan emosional perlu dikembangkan karena hal inilah yang mendasari keterampilan seseorang di tengah masyarakat kelak, sehingga akan membuat seluruh potensi anak dapat berkembang secara lebih optimal. Idealnya seseorang dapat menguasai keterampilan kognitif sekaligus keterampilan sosial emosional. Daniel Goleman (1995) melalui bukunya yang terkenal “Emotional Intelligences (EQ)”, memberikan gambaran spectrum kecerdasan, dengan demikian anak akan cakap dalam bidang masing-masing namun juga menjadi amat ahli. Sebagaimana dikatakan oleh para ahli, perkembangan kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh rangsangan musik seperti yang dikatakan Gordon Shaw (1996). Menurut Siegel (1999) ahli perkembangan otak, mengatakan bahwa musik dapat berperan dalam proses pematangan hemisfer kanan otak, walaupun dapat berpengaruh ke hemisfer sebelah kiri, oleh karena adanya cross-over dari kanan ke kiri dan sebaliknya yang sangat kompleks dari jaras-jaras neuronal di otak. Efek atau suasana perasaan dan emosi baik persepsi, ekspresi, maupun kesadaran pengalaman emosional, secara predominan diperantarai oleh hemisfer otak kanan. Artinya, hemisfer ini memainkan peran besar dalam proses perkembangan emosi, yang sangat penting bagi perkembangan sifat-sifat manusia yang manusiawi. Kehalusan dan kepekaan seseorang untuk dapat ikut merasakan perasaan orang lain, menghayati pengalaman kehidupan dengan “perasaan”, adalah fungsi otak kanan, sedang kemampuan mengerti perasaan orang lain, mengerti pengalaman dengan rasio adalah fungsi otak kiri. Kemampuan seseorang untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan manusiawi dengan orang lain merupakan percampuran (blending antara otak kanan dan kiri itu). Proses mendengar musik merupakan salah satu bentuk komunikasi afektif dan memberikan pengalaman emosional. Emosi yang merupakan suatu pengalaman subjektif yang inherent terdapat pada setiap manusia. Untuk dapat merasakan dan menghayati serta mengevaluasi makna dari interaksi dengan lingkungan, ternyata dapat dirangsang dan dioptimalkan perkembangannya melalui musik sejak masa dini. Campbell 2001 dalam bukunya efek Mozart mengatakan musik romantik (Schubert, Schuman, Chopin, dan Tchaikovsky) dapat digunakan untuk meningkatkan kasih sayang dan simpati. Musik digambarkan sebagai salah satu “bentuk murni” ekspresi emosi. Musik mengandung berbagai contour, spacing, variasi intensitas dan modulasi bunyi yang luas, sesuai dengan komponen-komponen emosi manusia.
Readmore »»

Mengurangi rasa nyeri pada operasi caesar dengan musik

Bagi seorang ibu yang akan menjalani operasi caesar dengan adanya alunan musik, proses melahirkannya dapat menjadi lebih alami dan dapat mengurangi trauma, sehingga sang ibu dapat lebih ceria dan tenang, bahkan dapat mengurangi rasa nyeri nya mereka.
Terbuktikan bahwa musik mampu meringankan penderitaan pasien dari rasa sakitnya karena saraf untuk mendengarkan musik dan saraf perasa sakit itu sama. Sehingga pada saat pasien menjalani pembedahan rasa sakitnya dapat dialihkan dengan cara mendengarkan musik. Hal inilah yangmenyebabkan para Dr Gigi terutama di Eropa maupun di Amerika untuk selalu mengalunkan lagu-lagu lembut diruang prakteknya.
Dr Raymond Bahr, seorang dokter ahli jantung USA dan kepala bagian dari Intensive Care Unit ( ICCU), selalu mempergunakan musik didalam ruang perawatan pada Critical Care Unit. Ia telah dapat membuktikan, bahwa pada kasus2 serangan jantung, dimana pasiennya membutuhkan perawatan yang intensive, satu setengah jam mendengar musik lembut memiliki efek terapi yang sama seperti dengan menggunakan obat penenang Valium 10 miligram.
Berdasarkan penelitian di State University of New York di Buffalo, sejak mereka menggunakan terapi musik kebutuhan akan obat penenang pun turun drastis hingga 50%. Disamping itu, karena pada saat di operasi kebanyakan dari pasiennya lebih rileks, maka jarang terjadi komplikasi hal ini dapat mempersingkat masa rawat inap mereka.
Readmore »»

Ampuhnya Musik Sebagai Terapi

Ampuhnya Musik Sebagai Terapi Barangkali sulit dipercaya, namun musik ternyata berpotensi menyembuhkan stroke. Meski prosesnya baru sebagian dapat dikuakkan, paling tidak kabar ini cukup menyegarkan bagi dunia kesehatan.Tubuh Nathalie yang berusia tiga tahun tergeletak di tempat tidur yang berpagar jeruji. Ia lahir dengan kelainan kepala besar (hydrocephalus). Karena tekanan, otaknya rusak. Beberapa waktu lalu, tiba-tiba dia harus mendapatkan bantuan pernapasan. Anehnya, ketika ada benda asing di saluran pernapasannya, si kecil bisa protes dengan kaki dan tangannya. Dokter segera menenangkan Nathalie dengan obat- obatan. Di New Yorker Beth Israel Medical Center, para dokter mencoba memberinyapengobatan alternatif. Dr. Joanne Loewy yang saat bertugas tidak mengenakan pakaian dokternya, tampak seperti dukun. Saat masuk ke kamar si kecil Nathalie, dia merundukan kepalanya ke pasien kecilnya itu. Lalu, dia mengelilingi tempat tidurnya sambil membunyikan peralatan musik dengan aneka nada. Saat "bermandikan" musik, Nathalie kelihatan sedikit tenang. Otot-ototnya pun tidak lagi kaku dan dari monitor tampak grafik denyut jantungnya menurun. Setelah mengelus-elus kepala Nathalie, Joanne meninggalkan kamar itu, napas si kecil tampak teratur dan wajahnya tampak tenang.Selain mengurus Nathalie, Joanne memimpin tiga penelitian di Beth Israel Medical Center untuk mengetahui bagaimana musik bisa memperingan penderitaan anak AIDS, leukemia, asma, dan gangguan otak yang berat. Joanne melihat musik bisa banyak meringankan keadaan mereka. Menurut penelitian terbaru - seperti pada Nathalie - musik berpengaruh langsung ke otak dan berakibat ke proses kerja tubuh.

Di AS dan Jerman, dengan metode yang lebih modern sekelompok peneliti secara intensif mengamati musik yang sejak ratusan tahun diketahui punya kekuatan menyembuhkan. Musik sebagai terapi sudah sering dipakai, lewat walkman mini kondisi pasien kecil yang berada di inkubator distabilkan, untuk menenangkan mereka yang kesakitan di kursi dokter gigi atau yang sedang berada di ruang bersalin, bahkan juga dipakai di pusat rehabilitasi pasien stroke. Pada penyakit yang tidak dapat disembuhkan seperti alzheimer, musik membantu kondisi mental sang pasien agar tidak makin mundur. Salah seorang pioner terapi musik adalah dr. Ralph Spintge, seorang ahli anestesi dari rumah sakit olahraga Hellersen di Ludenscheid, Jerman. Di Hellersen, bukan cuma kamar saja yang dilengkapi musik, tetapi juga ruang operasinya. Dari peralatan teknologi modern yang terdiri atas enam saluran, pasien yang cuma dibius lokal bisa memilih irama musik yang dia sukai, mulai dari Big-Band-Sound ala Glenn Miller sampai musik klasik. Di ruang operasi ini, headphone boleh dipakai. Selama ini kebanyakan dokter bedah menilai positif penggunaan musik. Dalam suatu penelitian di State University of New York di Buffalo, dengan mendengarkan musik para pelaku operasi merasa rileks saat mengerjakan "tugasnya" - tekanan darah dan denyut jantung mereka memang naik karena tugas berat itu tapi cuma sedikit. "Setelah empat tahun kami melakukan investasi musik, banyak yang dihemat!" ujar Ralph Spintge. Kebutuhan akan obat penenang turun sampai 50%. Selain itu, karena kebanyakan pasien lebih rileks saat dioperasi, komplikasi jarang terjadi sehingga masa rawat inap bisa diperpendek. Spintge, dokter di Ludenscheid yang juga profesor tamu di Institut Penelitian Musik Universitas San Antonio, Texas, mempunyai beberapa pertanyaan berkaitan dengan pengaruh musik terhadap manusia. Mengapa musik bisa berperan dalam pengobatan? Sifat musik yang mana yang dapat mempengaruhi tubuh manusia, terutama sekali otak? Apakah mungkin ada jenis musik tertentu untuk penyakit tertentu?
Readmore »»

Penyakit "Stroke" Disembuhkan Dengan Therapi Musik???

Di pusat rehabilitasi di AS, para pasien stroke disuruh berbaris sambil mendengarkan musik mars yang berirama dua dan empat ketukan lewat walkman. Ternyata, jenis musik ini mampu menstimulasi otak. Tujuan perawatan ini agar si pasien terbiasa dengan irama dan kebutuhan telinga dalam bisa terpenuhi. Dengan ini, lama kelamaan mereka dapat bergerak normal lagi walau tanpa musik. Hasil penyelidikan menunjukkan, kemampuan koordinasi motorik otak yang terlatih tadi lama kelamaan akan menunjukkan perbaikan. Contoh lain tentang kehebatan musik tampak pada seorang pasien alzheimer yang sudah tak ada harapan di pusat rehabilitasi New Yorker Beth Abraham. "Pasien ini menderita parkinson hebat, tubuhnya gemetar seperti orang kedinginan. Walau demikian, dia masih berusaha untuk bermain piano. Dia memainkan lagu-lagu dari komponis favoritnya, yakni Frederic Chopin. Kalau sudah demikian, dia bisa duduk berjam-jam di depan piano dan lupa akan penyakitnya. Rupanya, saat dia bermain dan terbuai oleh lagunya itu, tubuhnya bereaksi," ujar Concetta Tomaino, direktur program terapi musik pada rumah sakit Beth Abraham. Berdasarkan pengamatan di kliniknya, Concetta Tomaino melihat musik mampu "menggali" ingatan pasien-pasiennya. "Saya pernah
mencobanya pada pasien alzheimer yang kemampuan berpikirnya hampir hilang sama sekali. Ketika saya memainkan musik yang dia kenal sewaktu mudanya, tiba-tiba dia jadi ingat akan tempat dan orang-orang yang pernah dia kenal."Memang fenomena seperti itu sampai sekarang belum jelas seluruhnya. Yang penting musik telah berhasil mengaktifkan kembali otak. Concetta Tomaino yang bekerja sama dengan para ahli saraf dan otak dari New Yorker Albert Einstein College of Medicine memperkirakan, "stimulasi total" dengan musik bisa memperbaiki minimal sebagian daerah fungsi otak yang rusak.Hal ini juga terjadi pada pasien stroke. Mereka tidak bisa bicara, tapi bisa sedikit bernyanyi. Ini berhubung daerah otak yang mengendalikan kedua jenis aktivitas itu memang berbeda. Pada beberapa kasus, fungsi bicara bisa diaktifkan kembali dengan nyanyian, tetapi butuh waktu yang agak lama. "Tampaknya jaringan saraf yang 'lumpuh' bisa diaktifkan kembali dengan stimulasi yang tepat. Yakni dengan musik," ujar Concetta Tomaino.
Readmore »»

Apakah Musik Dapat Meningkatkan Kemampuan Berbahasa???

Beberapa orangtua memutarkan musik Mozart untuk bayinya dengan harapan buah hatinya tumbuh menjadi anak yang jenius atau paling tidak memberinya pengalaman ketika mulai bersekolah. Di lain pihak irama musik ternyata juga dapat digunakan untuk melatih kemampuan berbahasa. Paling tidak inilah pengaruh yang terlihat dari kemampuan para pemusik dalam membedakan lafal ucapan. Para pemusik memiliki kemampuan lebih baik dalam membedakan suara ucapan dibanding selain pemusik. Temuan hasil penelitian ini kemungkinan dapat juga menjelaskan mengapa terapi musik kadang-kadang membantu anak-anak belajar berbahasa dan membaca.Kemampuan berkata sudah dilatih sejak bayi dari percakapan orang-orang di sekitarnya. Namun, mendengarkan orang bercakap-cakap relatif lebih kompleks dari yang diperkirakan. Otak harus menyusun satu suara tunggal - disebut fonem - yang menyusun kata dengan tepat dan tidak boleh tertukar. Misalnya, membedakan antara ucapan "ba" dan "da" yang hanya berselisih 40 milidetik. Masalah dalam membedakan keduanya merupakan penyebab kesulitan membaca pada anak-anak penderita disleksia. Tapi, penelitian telah menunjukkan bahwa menyanyi dan permainan irama akan memperbaiki cara pengucapan dan kemampuan berbahasa para penderita disleksia. Itulah yang membuat Gaab dari Massachusetts Institute of Technology di Cambridge penasaran apakah musik dapat meningkatkan kemampuan seorang anak untuk membedakan perubahan suara yang begitu cepat. Ia dan koleganya kemudian mengumpulkan 14 pemusik dewasa yang telah belajar musik sebelum berusia 7 tahun dan terus berlatih paling tidak beberapa jam setiap minggu. Mereka kemudian membandingkan kemampuan membedakan ucapannya dengan 14 orang selain pemusik yang memiliki umur, jenis kelamin, dan kemampuan dasar bahasa yang sama. Para peneliti memintanya untuk mendengarkan sepasang lafal ucapan yang mirip. Mereka diminta menyatakan apakah keduanya sama atau tidak. Kemudian, kedua lafal ucapan dibuat semakin mirip hingga mereka tidak dapat membedakannya sama sekali. Kelompok yang menguasai musik ternyata dapat membedakannya dengan lebih baik. Ketika pemusik dan selain pemusik dihadapkan pada sepasang lafal yang hanya berbeda frekuensi, atau disebut pitch, pemusik lebih mahir meskipun selisih waktunya sangat kecil. Mereka dapat mengenali perbedaan jarak antara vokal dan konsonan seperti pengucapan yang sangat mirip misalnya "ka" dan "ga". Saat waktu dan frekuensi dibedakan, misalnya pada perbedaan yang besar seperti "ba" dan "wa", para pemusik jauh lebih baik dalam membedakannya dibandingkan yang bukan pemusik. Latihan tersebut akan meningkatkan kemampuan seseorang untuk mengkategorikan setiap bentuk ucapan sehingga mungkin inilah yang memperbaiki memori para pemusik. Demikian disampaikan Gaab dalam presentasinya di depan pertemuan Society of Neuroscience. Ahli ilmu otak (neuroscientist) Robert Zatorre dari McGill University di Montreal, Kanada, menyatakan bahwa kesimpulan ini sangat berarti. Namun masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan jenis latihan musik seperti apakah yang mungkin memperbaiki kemampuan berbahasa. Penelitian membuktikan bahwa musik, terutama musik klasik sangat mempengaruhi perkembangan IQ (Intelegent Quotien) dan EQ (Emotional Quotien). Seorang anak yang sejak kecil terbiasa mendengarkan musik akan lebih berkembang kecerdasan emosional dan intelegensinya dibandingkan dengan anak yang jarang mendengarkan musik. Yang dimaksud musik di sini adalah musik yang memiliki irama teratur dan nada-nada yang teratur, bukan nada-nada "miring". Tingkat kedisiplinan anak yang sering mendengarkan musik juga lebih baik dibanding dengan anak yang jarang mendengarkan musik. Grace Sudargo, seorang musisi dan pendidik mengatakan, "Dasar-dasar musik klasik secara umum berasal dari ritme denyut nadi manusia sehingga ia berperan besar dalam perkembangan otak, pembentukan jiwa, karakter, bahkan raga manusia".
Readmore »»

Apakah Musik Klasik Berpengaruh Bagi Kecerdasan???

Penelitian menunjukkan, musik klasik yang mengandung komposisi nada berfluktuasi antara nada tinggi dan nada rendah akan merangsang kuadran C pada otak. Sampai usia 4 tahun, kuadran B dan C pada otak anak-anak akan berkembang hingga 80 % dengan musik. "Musik sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Musik memiliki 3 bagian penting yaitu beat, ritme, dan harmony", demikian kata Ev. Andreas Christanday dalam suatu ceramah musik. "Beat mempengaruhi tubuh, ritme mempengaruhi jiwa, sedangkan harmony mempengaruhi roh". Contoh paling nyata bahwa beat sangat mempengaruhi tubuh adalah dalam konser musik rock. Bisa dipastikan tidak ada penonton maupun pemain dalam konser musik rock yang tubuhnya tidak bergerak. Semuanya bergoyang dengan dahsyat, bahkan cenderung lepas
kontrol. Kita masih ingat dengan "head banger", suatu gerakan memutar-mutar kepala mengikuti irama music rock yang kencang. Dan tubuh itu mengikutinya seakan tanpa rasa lelah. Jika hati kita sedang susah, cobalah mendengarkan musik yang indah,yang memiliki irama (ritme) yang teratur. Perasaan kita akan lebih enak dan enteng. Bahkan di luar negeri, pihak rumah sakit banyak memperdengarkan lagu-lagu indah untuk membantu penyembuhan para pasiennya. Itu suatu bukti, bahwa ritme sangat mempengaruhi jiwa manusia. Sedangkan harmony sangat mempengaruhi roh. Jika kita menonton film horor, selalu terdengar harmony (melodi) yang menyayat hati, yang membuat bulu kuduk kita berdiri. Dalam ritual-ritual keagamaan juga banyak digunakan harmony yang membawa roh manusia masuk ke dalam alam penyembahan. Di dalam meditasi, manusia mendengar harmony dari suara-suara alam disekelilingnya. "Musik yang baik bagi kehidupan manusia adalah musik yang seimbang antara beat, ritme, dan harmony", ujar Ev. Andreas Christanday.

Seorang ahli biofisika telah melakukan suatu percobaan tentang pengaruh musik bagi kehidupan makhluk hidup. Dua tanaman dari jenis dan umur yang sama diletakkan pada tempat yang berbeda. Yang satu diletakkan dekat dengan pengeras suara (speaker) yang menyajikan lagu-lagu slow rock dan heavy rock, sedangkan tanaman yang lain diletakkan dekat dengan speaker yang memperdengarkan lagu-lagu yang indah dan berirama teratur. Dalam beberapa hari terjadi perbedaan yang sangat mencolok. Tanaman yang berada di dekat speaker lagu-lagu rock menjadi layu dan mati, sedangkan tanaman yang berada di dekat speaker lagu-lagu indah tumbuh segar dan berbunga. Suatu bukti nyata bahwa musik sangat mempengaruhi kehidupan makhluk hidup.

Alam semesta tercipta dengan musik alam yang sangat indah. Gemuruh ombak di laut, deru angin di gunung, dan rintik hujan merupakan musik alam yang sangat indah. Dan sudah terbukti, bagaimana pengaruh musik alam itu bagi kehidupan manusia.
Readmore »»