Kamis, 09 September 2010

KATA-KATA BIJAK

Bila orang mulai dengan kepastian, dia akan berakhir dengan keraguan. Jika orang mulai dengan keraguan, dia akan berakhir dengan kepastian. (Francis Bacon)

Kesakitan membuat Anda berpikir. Pikiran membuat Anda bijaksana. Kebijaksanaan membuat kita bisa bertahan dalam hidup. (John Pattrick).

Dari semua hal, pengetahuan adalah yang paling baik, karena tidak kena tanggung jawab maupun tidak dapat dicuri, karena tidak dapat dibeli, dan tidak dapat dihancurkan. (Hitopadesa)

Dunia adalah komedi bagi mereka yan memikirkannya, atau tragedi bagi mereka yang merasakannya. (Harace Walpole)

Jangan pernah membanting pintu, siapa tau kita harus kembali. (Don Herold)

Seorang arkeolog merupakan suami yang terbaik yang bisa diperoleh wanita; makin tua si istri, makin besar minat suami terhadapnya. (Agatha Cristie)

Orang memerlukan dua tahun untuk berbicara, tetapi limapuluh tahun untuk belajar tutup mulut. (Ernest Hemingway)

”Mulai” adalah kata yang penuh kekuatan. Cara terbaik untuk menyelesaikan sesuatu adalah, “mulai”.Tapi juga mengherankan, pekerjaan apa yang dapat kita selesaikan kalau kita hanya memulainya. (Clifford Warren)

Saya tak hanya menggunakan semua kecerdasan yang dimiliki otak melainkan juga yang dapat saya pinjam. (Woodrow Wilson)

Bila Anda mengatakan apa yang Anda pikirkan, jangan harap hanya mendengar apa yang Anda sukai. (Malcom S. Forbes)

Kesulitan itu ibarat seorang bayi. Hanya bisa berkembang dengan cara merawatnya. (Douglas Jerrold)
Readmore »»

Rabu, 08 September 2010

Gitar Klasik di Indonesia

Dapat dikatakan bahwa tahun 70-an merupakan titik tolak
pengembangan pendidikan gitar klasik di Indonesia. Gejala ini ditandai
dengan (1) meningkatnya pelayanan minat masyarakat dalam
mempelajari gitar melalui lembaga-lembaga kursus musik swasta yang
disponsori perusahaan-perusahaan Jepang; (2) datangnya bantuan resmi
pemerintah Belanda dalam membina calon-calon guru gitar melalui
program intensif yang dikelola pemerintah di kota-kota besar seperti
Bandung, Jakarta, Semarang, Yogyakara, dan Surabaya; dan (3)
dibukanya bidang studi praktek gitar pada jenjang perguruan tinggi.
Hingga pertengahan tahun 70-an sudah terdapat banyak sekolah
musik swasta yang menyediakan kursus gitar, baik di kota-kota besar
maupun kecil di wilayah Indonesia bagian Barat. Berbagai macam teknik
dan metode praktis ditawarkan dengan tujuan dasar yang sama yaitu
memperkenalkan suatu cara bermain gitar yang lebih dari sekedar
memainkan akor-akor pengiring nyanyian. Teknik bermain gitar klasik
diperkenalkan melaui pendekatan-pendekatan yang mudah dan
menyenangkan dengan melibatkan dasar-dasar umum permainan gitar.
Gaya pengajaran kelas yang santai dan sistem ujian yang menarik dari
mtode-metode tersebut telah menghasilkan siswa-siswa baru yang dapat
menguasai ketrampilan dasar bermain gitar secara komprehensif dalam
waktu yang relatif singkat. Sayangnya kurikulum yang ditawarkan kepada
siswa masih terbatas hingga tingkat ketrampilan menengah.
Berbeda dengan kursus-kursus swasta lainnya, Yayasan
Pendidikan Musik (YPM) di Manggarai, Jakarta, yang saat itu diyakini
sebagai sekolah musik termaju di Indonesia, menerapkan suatu metode
lain. Sekolah ini mengarahan agar siswa dapat mengenal musik secara
utuh melalui pengajaran teori-teori musik secara terpisah dari tutorial
individual praktikum instrumen musik. Kelas gitar pada lembaga ini sudah
lama ada sebelum tahun 70-an di bawah koordinasi gitaris Adis Sugata.
Walaupun sistem pendidikan musiknya secara umum cukup baik namun
dalam pengajaran praktek gitar mereka masih menggunakan metode
lama seperti misalnya, Carcassi dan Carulli. Pendidikan gitar di Indonesia
mengalami perubahan yang signifikan sejak kehadiran sebuah kelompok
musik kamar dari Belanda, Dick Visser Guitar Trio, pada tahun 1977.
Suatu hal yang menguntungkan bahwa Dick Visser, pimpinan trio
tersebut, adalah seorang pejabat dinas kebudayaan di Belanda pada
masa itu. Di samping spesialisasinya sebagai komponis gitar, ia juga
seorang pendidik gitar senior, profesor dan dekan di Konservatorium
Amsterdam, Belanda. Melalui beliaulah telah terjadi suatu jalinan kerja
sama di antara pemerintah Belanda dan Indonesia untuk
mengembangkan pendidikan gitar klasik di tanah air.
Professor Dick Visser telah menyumbangkan suatu kontribusi
yang besar terhadap perkembangan gitar klasik di Belanda. Kontribusi
terpentingnya ialah penemuan teknik baru yang merupakan sintesis dari
berbagai teknik bermain gitar terdahulu terutama dari Tarrega dan Pujol
yang dikembangkan pada paruh kedua abad ke-19 dan teknik Segovia
pada paruh pertama abad ke-20. Penemuannya tersebut telah
dituangkan ke dalam suatu paket terbitan yang lengkap dari seluruh
teknik permainan gitar klasik dan sejumlah etude serta kumpulan 24
etude yang ditulis pada seluruh tanda kunci mayor dan minor. Ia bahkan
telah menerapkan ide tekniknya ke dalam seluruh komposisi
kontemporernya dan juga edisi dan transkripsi beberapa karya-karya
standar secara konsisten.
Perhatian Dick Visser sangat besar terhadap perkembangan gitar
di Indonesia yang dinamis. Beliau sangat berniat untuk membantu
perkembangan pendidikan musik dan mensosialisasikan metodenya di
Indonesia. Dalam waktu yang tidak lama maka pemerintah Belanda
mengirim seorang pedagog gitar berkualifikasi ganda di bidang penyajian
(performance) dan pendidikan, Yos Bredie. Guru gitar tersebut adalah
lulusan Konservatorium Amsterdam, salah seorang murid terbaik Dick
Visser. Beliau dikirim untuk memberikan pelatihan intensif selama satu
setengah tahun pada para guru dan calon guru gitar di kota-kota besar
pulau Jawa dan Bali. Penataran tersebut diikuti oleh guru-guru gitar dan
peminat-peminat lain dalam jumlah terbatas yang diterima melalui audisi
atau rekomendasi sekolah musik. Beruntung bahwa penulis yang saat itu
masih duduk di bangku SMU dan berstatus sebagai murid gitar, bersama
dengan gitaris-gitaris muda lain yang di antaranya ialah Iwan Irawan,
Royke Koapaha dan almarhum Ferry Tambunan dari Bandung, telah
diterima sebagai peserta dalam pelatihan tersebut.
Di samping mempelajari dan mempraktekan teknik Dick Visser
yang lebih mengutamakan pengembangan tangan kiri, peserta pelatihan
menerima pelajaran-pelajaran teori penunjang lainnya. Pelajaranpelajaran
tersebut di antaranya ialah ilmu sejarah musik, kontrapung, dan
harmoni yang diarahkan kepada komposisi dan aransemen untuk gitar.
Pelajaran pelengkap lain ialah kelas musik kamar yang menitik beratkan
ensembel-ensembel kecil seperti duet, trio, dan kwartet gitar.
Sebagai tindak lanjut dari pelatihan bantuan Belanda yang
diselenggarakan oleh pemerintah pada awal tahun 1980, departemen
gitar YPM membuka program persiapan konservatori yang diikuti sepuluh
siswa dari Bandung dan Jakarta (termasuk penulis). Satu semester
sebelumnya, pada tahun 1979 Akademi Musik Indonesia (AMI) di
Yogyakarta yang berada di bawah pengelolaan pemerintah, telah lebih
dahulu membuka departemen gitar untuk program yang lebih tinggi dari
diploma (setingkat D3) yaitu gelar Seniman setingkat Sarjana (setingkat
S1). Secara operasional pengajaran praktek gitar dan subjek-subjek
terkait pada kedua program tindak lanjut yang dikelola oleh swasta (YPM)
dan pemerintah (AMI) tersebut dilaksanakan oleh Yos Bredie karena saat
itu belum ada dosen gitar yang dianggap memenuhi persyaratan
akademis.
Sayang bahwa program persiapan konservatori di YPM hanya
berlangsung selama dua semester saja. Untuk mengantisipasi
kesinambungan belajar maka sambil melengkapi studi di YPM pada
semester kedua penulis mengambil studi komposisi di Lembaga
Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ). Setelah berakhirnya masa studi di
YPM (akhir tahun 1980), penulis pindah ke Jurusan Gitar LPKJ selama
satu semester dan pada semester berikutnya (pertengahan tahun 1981)
melanjutkan ke program gelar di AMI Yogyakarta.
Beberapa tahun sebelum program gitar di AMI dibuka, aktivitas
pendidikan tinggi untuk gitar pada telah dilaksanakan di LPKJ. Sistem
pendidikannya kurang lebih serupa dengan YPM namun lebih lengkap
sebagai suatu pendidikan di sekolah tinggi. Jenjang pendidikan gitar di
lembaga ini dikelompokkan ke dalam dua tingkat yaitu Tahap Studi Dasar
dan Tahap Studi Akhir. Di bawah asuhan Reiner Wildt, seorang dosen
warga Indonesia berdarah Jerman, teknik yang diterapkan pada para
mahasiswa gitar pada dasarnya mengacu secara fanatik kepada teknik
Segovia dengan perhatian utama pada pengembangan teknik tangan
294
kanan. Suatu kelebihan yang ada pada sistem pendidikn gitar di lembaga
ini ialah perluasan repertoar yang tidak hanya meliputi karya-karya solo
dan ensembel gitar tapi juga musik kamar yang melibatkan alat-alat
musik lain seperti kombinasi gitar dengan kwartet gesek atau alat-alat
musik orkestra lainnya.
Sejajar dengan program Sarjana (S1), program pendidikan musik
di AMI memakan waktu minimal 9 semester. Pogram studi yang
diterapkan pada masa itu ialah: Musik Sekolah (MS), Sastra Musik (SM)
dan Teori Komposisi (TK). Kecuali program MS dan TK yang
mempersyaratkan Skripsi untuk melengkapi studinya, para mahasiswa
SM yang tergolong paling kecil populasinya, dituntut untuk melakukan
resital sebagai pengganti skripsi. Karena tertarik dengan pengembangan
ketrampilan bermain gitar maka penulis memilih program SM.
Posisi pelajaran gitar pada saat itu ialah sebagai instrumen mayor
disamping dua instrumen wajib lainnya yaitu piano komplementer dan
instrumen minor pilihan. Mata kuliah terkait lain seperti sejarah gitar,
konsruksi gitar dan kelas repertoar gitar diintegrasikan ke dalam mata
kuliah Praktek Individual Instrumen Mayor (PIIM). Sementara itu
ensembel gitar mendapat wadah tersendiri sebagai alternatif dari mata
kuliah Orkes dan Koor.
Perkembangan dunia pergitaran Indonesia yang dinamis pada
tahun 70-an merupakan merupakan masa awal dan titik tolak
perkembangan pendidikan gitar di Indonesia untuk dekade-dekade
berikutya. Salah satu hikmah yang bisa dirasakan hingga paruh pertama
tahun 1980-an ialah bahwa dibukanya bidang studi praktek gitar pada
jenjang perguruan tinggi, dalam hal ini AMI, telah mendapat tanggapan
yang positif dari masyarakat dalam skala nasional. Hal tersebut tebukti
dengan berduyun-duyunnya para lulusan SMA dari berbagai daerah di
Indonesia untuk mengikuti studi gitar di AMI sebagai alternatif dari
perguruan tinggi umum. Keadaan tersebut terus bertahan hingga AMI
berintergrasi ke dalam Institut Seni Indonesia Yogyakarta pada tahun
1984. Sejak saat itu calon mahasiswa gitar di Jurusan Musik, ISI
Yogyakarta senantiasa menempati jumlah terbanyak dibandingkan
dengan instumen-instrumen lain.
Dari latar belakang historis tersebut dapat disebutkan bahwa
Seksi Gitar di Jurusan Musik, FSP ISI Yogyakarta telah berdiri sejak
beberapa tahun sebelum AMI berintegrasi ke ISI Yogyakarta, pada tahun
1984. Sebelum tahun 1984 Seksi Gitar dikelola langsung oleh dosen gitar
pertama, Jos Bredie, dosen tamu dari Belanda. Keberhasilan
kepemimpinannya sangat didukung tidak hanya oleh cita-cita, idealisme
dan motivasi, tapi juga oleh kelengkapan fasilitas pendukungnya berupa
buku-buku dan rekaman Piringan Hitam gitar klasik.
Sepeninggal Jos Bredie, kepemimpinan Seksi Gitar dilakukan
secara bergilir namun tanpa batasan ketentuan waktu hingga akhir
semester genap 2004/2005 (Juni 2005). Selama itu dapat dikatakan
bahwa Seksi Gitar telah mengalami stagnansi, yaitu hanya melakukan
rutinitas yang telah mentradisi sejak awal tanpa evaluasi dan
pengembangan. Sementara itu dunia pergitaran klasik di masyarakat
tetap bergerak tanpa kompromi. Sehubungan dengan keadaan tersebut
Seksi Gitar mempertimbangkan bahwa selama ini kepemimpinan dalam
Seksi Gitar tidak dilakukan melalui suatu musyawarah melainkan
berdasarkan azas insiatif individual dan oleh karenanya memerlukan
sistem manajerial yang demokratif, rapi dan teratur. Pertimbangan lain
ialah agar Seksi Gitar dapat mencapai produksi dan daya saing yang
maksimal, dan di samping itu juga agar PBM untuk bidang studi gitar
dapat berlangsung dengan baik dan lancar sesuai dan sejalan dengan
pengembangan keempat Minat Utama di Jurusan Musik.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut Seksi Gitar
telah melakukan langkah kongkrit guna mencapai kualitas pendidikan
gitar yang lebih baik dengan memperbaharui susunan kepengurusannya.
Langkah yang telah diambil ialah pemilihan ketua baru untuk periode dua
tahun ke depan. Sehubungan dengan itu rapat pemilihan ketua Seksi
Gitar telah dilakukan pada hari Senin, tanggal 18 Juli 2005, pukul 10.00 –
12.00 WIB bertempat di ruang Ketua Jurusan Musik yang dihadiri oleh
80% anggota inti Seksi Gitar yang terdiri dari para pengajar mata kuliah
Instrumen Mayor Gitar. Dengan tersusunnya kepengurusan yang baru
maka diharapkan Seksi Gitar akan berkembang kepada tingkat yang
lebih profesional.
Readmore »»

Karakter Suara dan Register Biola

Biola dipegang secara horizontal, di bagian kiri bagian ujung
belakang biola, di antara tulang selangkaan rahang bawah. Lengan kiri
agak ditekan kearah leher, di antara ibu jari dan ruas jari yang panjang.
Biola depegang dengan cara tersebut sehingga bagian badan biola
menghadap ke arah penonton, dan secara khusus untuk mempermudah
penggesekan. Jari-jari tangan kiri harus menekan senar dengan bentuk
sedikit ke depan. Kecepatan jari-jari menekan dan melepaskan senar
akan membedakan keselarasan suara (berhubungan dengan kejelasan
vibrasi). Gerakan jari-jari tersebut tidak hanya secara vertikal tetapi juga
secara menyeluruh sehingga saat memainkannya,baik dengan semua jari
atau jari-jari yang berbeda, nada penuh atau separuh nada dapat
dihasilkan. Untuk mengahsilkan akor didapat dengan menekan dua senar
bersama-sama dan menggeseknya.
Jari-jari tangan kiri diberi lambang nomor 1 sampai 4.Nomor.
Nomor satu untuk jari telunjuk, 2 untuk jari tengah, 3 untuk jari manis,
dan 4 untuk jari kelingking. Mengubah posisi penjarian dengan cepat dan
halus merupakan kesulitan utama dalam bermain biola. Penguasaan
teknik ini bergantung pada kekuatan dagu dan pundak, karena keduanya
menekan bebas alat ini dan tangan dapat memindahkannya dengan
mudah di sepanjang leher biola. Otot juga harus dapat digerakkan
dengan mudah untuk menghindari permasalahan dalam gerakan-gerakan
tubuh. Untuk nada-nada yang lebih tinggi kita juga harus mengubah letak
tangan dan jari. Sela jari-jari untuk menghasilkan suara yang tergolong
rendah-dalam hubungannya dengan bagian-bagian tubuh – berkaitan
dengan posisi pertama (posisi permulaan, dekat nut)
Perubahan posisi bermain pada suatu sisi untuk memperluas
rentang suara dan karenanya membutuhkan teknik permainan yang
murni; di sisi lain perubahan posisi berain juga berperan penting dala
pengungkapan ekspresi dan pada akhinya dapat diapresiasikan dari
sudut pandang estetika. Nada-nada dalam satu frekuensi yang sama
menghasilkan suara yang berbeda pada beracam-macam senar.
Perubahan posisi berpengaruh pada warna suara. Pilihan penjarian
dibutuhkan sebagai dasar dalam ekspresi teknik bermain bilola untuk
menyajikan berbagai macam gambaran musikal. Sedikit gerakan yang
berkesinambugan dengan perasaan, vibrato, memperkaya musik dengan
sedikit modifikasi pada tinggi rendahnya nada; hal ini merupakan jenis
ekspresi permainan biola.
Readmore »»

Konstruksi Biola

Panjang biola normal (berukuran 4/4) mencapai 60 cm. Walaupun
demikian ada juga yang lebih kecil, yaitu berukuran 3/4 dan 1/2 yang
dapat dimainkan oleh pelajar yang masih muda. Biola adalah salah satu
dari keluarga instrumen gesek yang lain yaitu, biola alto, cello dan kontra
bas. Di antara instrumen musik gesek, biola termasuk instrument yang
memiliki titinada tertinggi. Busur penggesek (bow) biola terdiri dari
tongkat, kurang lebih sepanjang 75 cm, dengan bulu-bulu kuda yang
direntangkan di antara kedua ujung tongkat penggesek.Konstruksi yang terdapat pada seluruh keluarga instrument gesek
pada dasarnya tidak berbeda dengan konstruksi biola. Walaupun
demikian cello dan kontra bas memiliki tongkat penyanggah di bagian
bawahnya (akan dijelaskan kemudian). Secara detail bagian-bagian biola
meliputi: (lihat gambar )
a. Table/ Belly (perut).
b. Ribs, atau papan samping yang memisahkan di antara papan
depan (table) dengan papan belakang.
c. Neck, yaitu leher di antara bagian kepala (peg box) dan badan
(table) biola.
d. Peg box, kotak penala yang berada di bagian kepala.
e. Scroll, hiasan ukir di ujung bagian kepala yang menyerupai
gulungan kain.
f. Tail, yaitu penambat ujung dawai-dawai di bagian bawah perut
(table).
g. Bridge, yaitu keping pembatas tegangan dawai-dawai yang
berada di antara tail dan nut atau batas pada pangkal peg box.
h. Fingerboard, yaitu bidang yang terdapat di bagian depan leher
yang terbentang hingga kira-kira pertengahan belly.
i. Lobang suara.
Pada bagian belly terdapat dua buah lubang suara berbentuk
tanda dinamik Forte ( ). Biola mempunyai 4 dawai dengan diameter
yang berbeda. Pada mulanya, dawai biola terbuat dari usus binatang,
namun pada masa kini telah diganti oleh helaian kawat tipis dari baja.
Untuk dawai-dawai berdiameter besar dilapisi oleh gulungan semacam
perak. Dawai dengan diameter terbesar ditala untuk nada G (jarak
interval 4 di bawah C).
Readmore »»